Selasa, 26 Januari 2010

Ta'aruf

Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Ta'aruf proses perkenalan dan pendekatan antara laki-laki dan wanita yang
hendak menikah. Ta'aruf sangat berbeda dengan pacaran. Ta`aruf secara syar`i
memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.
Perbedaan hakiki antara pacaran dengan ta'aruf adalah dari segi tujuan,
cara, dan manfaat.

Jika tujuan pacaran lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang
ta'aruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon
pasangan.

Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon pasangan
dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah
pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak
melakukan pemeriksaan, dia cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa
pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka
kap mesinnya. Bagaimana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil
itu.

Sedangkan *taaruf* adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa
mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan
sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar.

Ketika melakukan ta'aruf, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk
bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik,
sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya.
Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya.

Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah
boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik
dan kalau tertarik, mari bicara harga.

Dalam upaya ta'aruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu
harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua
saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau
keluarganya. Jadi ta`aruf bukanlah bermesraan berdua, tapi lebih kepada
pembicaraan yang bersifat realistis untuk mempersiapkan sebuah perjalanan
panjang berdua.

*taaruf* adalah media syar`i yang dapat digunakan untuk melakukan pengenalan
terhadap calon pasangan. Sisi yang dijadikan pengenalan tidak hanya terkait
dengan data global, melainkan juga termasuk hal-hal kecil yang menurut
masing-masing pihak cukup penting.

Misalnya masalah kecantikan calon istri, dibolehkan untuk melihat langsung
wajahnya dengan cara yang seksama, bukan cuma sekedar curi-curi pandang atau
ngintip fotonya. Justru Islam telah memerintahkan seorang calon suami untuk
mendatangi calon istrinya secara langsung face to face, bukan melalui media
foto, lukisan atau video.

Karena pada hakikatnya wajah seorang wanita itu bukan aurat, jadi tidak ada
salahnya untuk dilihat. Dan khusus dalam kasus ta`aruf, yang namanya melihat
wajah itu bukan cuma melirik-melirik sekilas, tapi kalau perlu dipelototi
dengan seksama. Periksalah apakah ada jerawat numpang tumbuh disana. Begitu
juga dia boleh meminta diperlihatkan kedua tapak tangan calon istrinya. Juga
bukan melihat sekilas, tapi melihat dengan seksama. Karena tapak tangan
wanita pun bukan termasuk aurat.

Lalu bagaimana dengan keharusan ghadhdhul bashar ? Bab ghadhdhul bashar
tempatnya bukan saat ta`aruf, karena pada saat ta`aruf, secara khusus
Rasulullah SAW memang memerintahkan untuk melihat dengan seksama dan teliti.


Selain urusan melihat fisik, *taaruf* juga harus menghasilkan data yang
berkaitan dengan sikap, perilaku, pengalaman, cara kehidupan dan
lain-lainnya. Hanya semua itu harus dilakukan dengan cara yang benar dan
dalam koridor syari`ah Islam. Minimal harus ditemani orang lain baik dari
keluarga calon istri atau dari calon suami. Sehingga tidak dibenarkan untuk
pergi jalan-jalan berdua, nonton, boncengan, kencan, ngedate dan seterusnya
dengan menggunakan alasan ta`aruf. Janganlah ta`aruf menjadi pacaran.
Sehingga tidak terjadi khalwat (berdua-duaan) dan ikhtilath antara pasangan
yang belum jadi suami istri ini.

Beda pacaran dan ta'aruf

Istilah pacaran sebenarnya tidak ada batasan bakunya, namun umumnya yang
namanya pacaran itu ?apalagi di zaman permisif dan hedonis sekarang ini-
tidak lain adalah hubungan lain jenis non mahram dengan segala aktifitas
maksiatnya dari khalwat, zina mata, zina telinga dan sampai zina kemaluan.
Bahkan beberapa penelitian di berbagai tempat seperti di Yogyakarta beberapa
waktu lalu menyebutkan bahwa sebagian besar pasangan pacaran itu memang
telah melakukan hubungan tidak senonoh mulai dari bercumbu, berpelukan,
berciuman sampai persetubuhan. Parahnya, semua itu umumnya dilakukan oleh
para mahasiswa yang nota bene terpelajar dan calon pemimpin bangsa. Jadi
hampir bisa dikatakan bahwa pacaran itu tidak lain adalah zina atau minimal
mendekati wilayah zina yang memang haram dan dilarang oleh semua agama.
Sedangkan *taaruf* justru sangat berbeda dengan pacaran. Ta?aruf adalah
sesuatu yang syar'i dan memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi
pasangan yang ingin nikah. Perbedaan hakiki antara pacaran dengan
*taaruf*adalah dari segi tujuan dan manfaat.

Pacaran tujuannya lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat. Sedang *
taaruf* jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon
pasangan. Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon
pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria
sebuah pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak
melakukan pemeriksaan, dia Cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa
pernah tahu kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka
kap mesinnya. Bagaimmana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil
itu. Sedangkan *taaruf* adalah seperti seorang montir mobil ahli yang
memeriksa mesin, sistem kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda
dan sebagainya. Bila ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar
menawar. Ketika *taaruf*, seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk
bertanya yang mendetail, seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik,
sifat dan lainnya. Kedua belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya.
Karena bila tidak jujur, bisa berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis,
untuk melakukan pengecekan, calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa
pergi mobil itu sendiri. Silahkan periksa dengan baik dan kalau tertarik,
mari bicara harga.

Dalam upaya *taaruf* dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita
dipersilahkan menanyakan apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan
masing-masing nanti selama mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu
harus dilakukan dengan adab dan etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua
saja. Harus ada yang mendampingi dan yang utama adalah wali atau
keluarganya, bukan guru atau ustaznya. Jadi ta?aruf bukanlah bermesraan
berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk
mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua. Disinilah letak perbedaan
antara pacaran dengan *taaruf*. Pacaran adalah jalan-jalan asyik berdua,
jajan, nonton, bermesraan dan bercumbu. Sama sekali tidak ada porsi tentang
persiapan real untuk hidup. Bahkan pacaran cenderung bohong dan menipu,
karena umumnya masing-masing pihak ingin tampil wah di depan pasangannya.
Bedak, gincu, parfum, pakaian bagus, mobil dan segala asesoris lainnya
adalah sesuatu yang ditonjolkan. Semua sangat jauh dari kehidupan real nanti
dalam keluarga. Padahal setelah menikah, justru semua itu akan ditinggalkan
dan masing-masing baru akan tampil dengan wajah dan kelakuan aslinya.
Padahal dahulu hal-hal seperti itu tidak pernah dibahas dalam masa pacaran,
karena semua waktunya tersita untuk jatuh cinta.
Wallahu A'lam Bish-Showab,

(CP/Asseifff)
*
Postingan Terkait Lainnya :


0 komentar:

Posting Komentar

 

Hizbut Tahrir Indonesia

SALAFY INDONESIA

Followers