Senin, 07 Mei 2012

KISAH SERATUS SEDEKAH

Dari Abu Hamzah Ats Tsumaly, bahwa Ali bin Al Husain membawa roti di atas
punggungnya pada malam hari lalu mencari orang-orang miskin di kegelapan. malam. Dia mengingat sebuah hadist Sesungguhnya shadaqah yang diberikan tersembunyi dapat memadamkan kemurkaan Allah. Dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata, Penduduk Madinah hidup dengan makanan itu, sementara mereka tidak tahu siapa yang telah memberi makanan itu kepada mereka. Setelah Ali bin Husain meninggal dunia, maka mereka tidak lagi mendapatkan makanan pada malam hari

Dari Amr bin Tsabit, dia berkata, Setelah Ali bin Al Husain meninggal dunia, orang-orang melihat bekas punggungnya, yaitu bekas kantong makanan yang biasa dia panggul untuk diberikan kepada para wanita janda
Syaibah bin Nuamah berkata, Setelah Ali bin Al Husain meninggal dunia,
orang-orang mendapatkan SERATUS SEDEKAH dari keluarga yang dia santuni.

Membaca kisah-kisah mereka akan membuat kita terkagum-kagum
dengan Mu'minin generasi shaleh di masa awal Islam yang beramal dengan niat ikhlash menjauhi dari riya.

Mereka generasi yang paling faham agama, mereka jelas faham riya kadang sangat halus membersit, hingga perjuangan mereka untuk membaguskan amalan itu yang istimewa. Kesungguhan beramal shaleh harapannya hanya Allah.

Siapa yang besar dari Allah ?, siapa yang lebih tahu diri kita melainkan Allah SWT, siapa yang menanggung udara yang kita hirup selama ini, siapa yang memberi kita kebahagiaan dan kepahitan semuanya melalui kehendak-Nya, mudharat dan maslahat ada ditangan-Nya berlaku kepada siapapun dan kapanpun.

Sayang kita yang begitu pecundang mengharapkan simpatik seorang bos, seorang hartawan, seorang berkedudukan tinggi hingga kita hina secara hakiki

Ingatlah pasukan Muslim utusan Rasulullah SAW yang hanya beberapa orang memasuki tenda kebesaran kaisar Persia, dimana semua pasukan persia dan wakil-wakilnya dalam keadaan membungkukkan diri kepada Raja Persia, sedangkan pasukan muslim tidak melainkan tetap tegak berjalan, karena alasan mereka dahsyat bahwa, Islam diturunkan untuk menghamba kepada Allah dan mengeluarkan kepada penghambaan kepada manusia baik itu hukumnya, statusnya dsb. Mereka menggetarkan harga dirinya yang tinggi sebagai hamba Allah SWT.

Mereka taat kepada Allah, sering menyebut nama-Nya, terbaik dalam shalat, terbaik dalam sedekah, Raja Persia mereka hadapi dengan Iman menyerukan Agama Allah, tidak kenal takut nyawa mereka melayang apalagi mereka disarang singa, apalagi hanya takut miskin, takut gak lulus, takut gak dapat jodoh, takut dipecat, takut sakit sampai shubuhnya dibiarkan kesiangan ? Allah gak pernah dibesarin, baik agama-Nya, perintah-Nya dan upaya menjauhi larangan-Nya.

Apalah kita ini dibanding mereka, kemanjaan yang berlarut-larut, terlalu sering bergelut informasi non keimanan dan keislaman, keseringan bergaul sama mereka yang jauh dari agama, membuat jiwa tumpul, sehingga pesimistis, padahal disana ada Allah yang selalu terbuka bagi mereka yang meninggikan dan membesarkan-Nya sesuai Para Nabi dan Rasul-Nya.

Cintanya tidak pernah bertepuk sebelah tangan bagi hamba-Nya yang yakin dan berusaha yang terbaik mentaati-Nya.

Allah Subhanahu wa taala berfirman yang artinya: Dan barangsiapa yang menentang Ar-Rasul setelah jelas baginya petunjuk dan mengikuti selain jalan orang-orang mukminin niscaya dia Kami palingkan sebagaimana dia telah berpaling dan akan Kami masukkan dia ke neraka jahannam sebagai sejelek-jelek tempat kembali (An-Nisa: 115)

Al-Ashbahani menerangkan Tafsirnya : Barangsiapa menyelisihi para shahabat Rasulullah dalam suatu perkara agama maka sungguh dia akan sesat. (Kitab Al-Hujjah fi Bayanil Mahajjah, 2/440)

Bila sesat, salah jalan, jadi apa yang kita harapkan ? Doa dan perjuangan beribadah merupakan satu paket, kejarlah Allah, tekun mempelajari agama-Nya, karena terdorong rasa Syukur kita, bayangkan bahwa kita ini gak minta mata, tetapi Allah kasih mata, kita dari lahir sudah ada sepasang mata, kita gak minta hidung, Allah kasih hidung, eh ada udaranya lagi, ngepas bener...dst.

Ya Allah maha memberi, maka kuasa atas semuanya, kita saja yang tidak introspeksi diri, selalu berat diri dalam beribadah, tidak fokus dan prioritas menggapai redho Allah SWT. Bisa saja selama ini kita beragama kesannya ngasal, jadinya ya asal aja kita menjalani kehidupan gak ada perbaikan dan peningkatan dalam amal shaleh. [YMN]
*
Postingan Terkait Lainnya :


0 komentar:

Posting Komentar

 

Hizbut Tahrir Indonesia

SALAFY INDONESIA

Followers