Senin, 28 Desember 2009

Menggali kembali makna kehidupan

Tahun 1430 Hijriah baru saja telah kita lewati. Banyak hal yang telah kita jalani di tahun itu, baik hal yang menyenangkan ataupun hal-hal yang menyedihkan hati kita. Di tahun lalu, kita pernah melihat, atau bahkan merasakan banyaknya musibah yang terjadi, dimulai dari gempa di tasikmalaya sampai gempa di sumatra. Bahkan gempa yang terjadi di sumatera itu, sempat 'menggoyang' kampus kita yang tercinta. Dan di akhir tahun-sampai saat ini, sedang berlangsung drama kehidupan yang menceritakan keadilan yang ada di negeri kita. Kita seperti sedang melihat 'pertunjukan besar' yang memperlihatkan ketidakadilan antara si kaya dan si miskin. Selain itu pula, setiap individu pastilah memiliki kisah hidupnya masing-masing.

Keberkahan, keburukan maupun musibah yang kita lihat dan rasakan sejatinya tak lepas dari apa yang telah kita lakukan, Allah Swt berfirman:

“Telah tampak kerusakan di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar”(QS. Ar-Rum: 41).

Pastilah kita bertanya, apa yang telah kita lakukan sehingga kerusakan, ketidakadilan, kedzoliman ada di mana-mana? Itulah yang harus kita pertanyakan pada diri kita masing-masing. Kerusakan bukan saja karena kita merusak alam ini, namun boleh jadi karena kita telah meninggalkan Allah sehingga kita diingatkan untuk kembali pada-Nya. Wallahu alam.

Sejenak, Mari kita mengingat kembali masa lalu kita sejak lahir hingga saat ini. Begitu banyak hal yang telah kita kerjakan, banyak nama yang telah kita kenal, banyak tempat yang kita singgahi, bahkan banyak kenangan yang sulit tuk dilupakan. Namun, apa arti semua itu? apa arti hidup kita selama ini? Dan adakah tujuan hidup yang harus kita capai?

Mengetahui asal muasal kita adalah kunci untuk memahaminya, lalu munculah pertanyaan, dari manakah kita? Tentu saja kita akan menjawab, kita berasal dari Allah Swt. Setelah kita mengetahui dari mana kita berasal, akhirnya pertanyaan sebelumnya (tujuan hidup kita) kita jawab. Jadi, untuk apa kita disini? Tentu saja Sang Pencipta memberikan jawaban-Nya pada kita, Allah Swt berfirman:

“Tidak Kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”(Qs. Az-Zariyat:56).

Jadi, saudaraku, hidup kita sejatinya adalah untuk beribadah pada-Nya, Allah Swt. Namun, seringkali kita lalai bahkan lupa tujuan hidup kita ini sehingga tidak jarang kita melenceng dari apa yang seharusnya kita kerjakan. Namun, boleh jadi kita tidak tahu cara agar tujuan hidup kita terlaksana dengan sukses. Pernahkah kita bertanya, bagaimana caranya agar 'misi suci hidup' kita ini berhasil? Tentu saja, untuk mensukseskan 'misi suci ini', kita memerlukan pedoman. Ya, pedoman, sebuah petunjuk bagaimana cara, dan apa yang semestinya kita lakukan. Jadi, apakah pedoman kita? Jangan ragu untuk menjawab, tentu saja, Al-Quran adalah jawabannya, karena Allah Swt berfirman:

“ Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”(Qs. An-Nahl:89).

Melalui Rasul-Nya, Al Quran disampaikan, diajarkan, dicontohkan, dan dihidupkan dalam tatanan individu, masyarakat, maupun negara. Pantaslah jika Rasulullah Saw di sebut sebagai Al-Quran berjalan karena itu, beliaulah orang yang pantas sebagai panutan kita, sebagaimana di jelaskan dalam Al-Quran:

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yan mengharap (rahmat) Allah dab (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah” (Qs. Al-Ahzab: 21).

Saudaraku jadikanlah Al-Quran dan As-Sunah sebagai pedoman hidup kita, agar kita mendapat ketenangan, ketentraman, kebahagian, dan rahmat dari Allah Swt bukan saja untuk diri kita, tapi juga untuk masyarakat maupun negara. Jika dalam ranah individu saja Islam telah mampu memberikan motivasi, inspirasi, inovasi , ketenangan, kebahagian, ketentraman, serta kebahagian, maka tentulah Islam pun bila dijadikan pedoman bagi masyarakat maupun negara pastilah juga memberikan keadilan, kemakmuran, dan kesejahteran bagi semuanya, karenanya tidaklah heran jika Islam adalah agama Rahmat bagi semesta (Rahmatan lil alamin).
Allah Swt berfirman:

“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan” (Qs. Al-A'raf: 96).

Allah Swt juga berfirman:

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan amal shalih, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan mereka dengan agama yang telah Dia ridhai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(Qs.An-Nur: 55).

Kita pun berharap dan berusaha agar kita termasuk orang-orang yang beriman sehingga janji Allah Swt dapat kita rasakan. Dan saat inilah momen yang tepat bagi kita, dimana 14 abad yang lalu terjadi momen yang telah mengubah tatanan dunia, dari zaman kegelapan jahiliyah, dari kefasikan, tidak beradab, kemaksiatan yang merajalela, dan hawa nafsu sebagai pedoman berubah total menjadi zaman terang benerang, dimana keimanan dan ketaqwaan merupakan karakteristik dari penduduk negerinya.

Hijrah, yang dijelaskan Ibn Rajab al hambali dalam fath al-bari, sebagai menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai, dan mendapatkan kebaikan, adalah sebuah titik refleksi bagi kita untuk mengingat kembali 'misi hidup' kita. Jangan sampai waktu kita yang sesaat ini terbuang oleh hal-hal yang tidak berharga dan justru menjauhkan dari tujuan asli hidup kita. Karena itu saudaraku, bagi seorang muslim, kehidupan adalah anugrah sekaligus amanah dari Allah Swt dan semuanya yang ada akan kembali pada-Nya. Wallahu Alam.

Oleh: Maulana Wahid A (Kord. Media dan Komunikasi LDK FST UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
www.dakwahkampus.com.
(CP/Asseifff)
*
Postingan Terkait Lainnya :


0 komentar:

Posting Komentar

 

Hizbut Tahrir Indonesia

SALAFY INDONESIA

Followers