Senin, 22 Maret 2010

Di Pintu Gerbang Revolusi

“Kapankah pertolongan Allah itu datang?”, dalam bahasa yang lebih rendah “kapankah revolusi Islam itu terjadi?”. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sering diajukan terutama oleh mereka yang tengah berjuang untuk tegaknya Islam. Penulis sering menjumpai pertanyaan seperti ini baik di forum-forum diskusi atau forum halqoh. Bahkan kadang pertanyaan itu muncul dari dalam diri penulis sendiri. Pertanyaan seperti itu bisa muncul lantaran beban perjuangan kadang terasa berat dengan segala macam tantangan-tantangannya, bisa jadi pula muncul karena beban hidup yang tidak sedikit atau bisa jadi pula hanya sebatas hendak bertanya saja. Tentu tidaklah salah bertanya seperti itu. Setidaknya pejuang Khilafah terdahulu, yakni para sahabat juga bertanya hal yang sama, yang diabadikan Al Qur’an dalam surat Al Baqorah ayat 214:



Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS: Al Baqorah: 214)



Tidak beberapa lama setelah ayat tersebut diturunkan janji Allah -yakni pertolongan yang amat dekat-, benar-benar jadi kenyataan. Hanya dalam tempo satu tahun setelah Rasulullah mengutus Mus’ab bin Umair ke Yastrib, sudah terjadi transformasi yang luar biasa ditengah masyarakatnya. Opini Islam di Yastrib menjadi primadona yang menarik untuk selalu diperbincangkan. Opini Islam di Yastrib menjadi opini nomor satu. Masyarakat Yastrib berbondong-bondong masuk Islam. Bahkan Mus’ab bin Umair mengkhabarkan kepada Rasulullah di Mekkah bahwa di Yastrib tidak satupun rumah yang tidak dimasuki oleh cahaya Islam. Masyarakat Yastrib siap diterapkan atas mereka kepemimpinan Islam. Siap berjuang dan mempersembahkan hidup mati mereka untuk Islam.

Setelah itu Rasulullah dan sahabat-sahabatnya hijrah ke Yastrib dan menjadi pengendali negara Khilafah untuk pertama kalinya. Negara Khilafah yang pertama kali dipimpin oleh Rasulullah inilah yang menaungi seluruh sahabat dan orang-orang yang mencari perlindungan, menjaga kehormatannya dan memenuhi kebutuhan-kebutuahannya. Dengan modal negara Khilafah yang kecil ini Rasulullah dan para sahabat menyusun kekuatan untuk menyebarkan cahaya Islam keseluruh dunia. Kepemimpinan yang apik dari Rasulullah dan kekuatan Iman akhirnya membuat negara kecil ini menjadi momok menakutkan bagi negara adikuasa dunia dimasa itu yakni Romawi dan Persia. Semua yang menyatakan permusuhan dihadapi dengan sabar dan taqwa, dan semuanya dapat diatasi dengan baik. Begitulah ketika Khilafah tegak, politik dalam negerinya adalah pelayanan masyarakat sedangkan politik luar negerinya adalah dakwah dan Jihad.

Akan tetapi kembali ke pertanyaan di awal, kapankah revolusi Khilafah itu terjadi? Kapankah datangnya pertolongan Allah? Jawabannya, kita harus kembali cermat menelaah sirah perjalanan Rasulullah dalam berjuang.

Sebelum Mus’ab bin Umair diutus oleh Rasulullah ke Yastrib, dan sebelum Mus’ab bin Umair dalam waktu satu tahun menyulap masyarakat pagan Yastrib menjadi masyarakat Islam; Rasulullah dan para sahabat sudah berjuang sekitar dua belas tahun lamanya di Makkah. Dalam fase ini Rasulullah dan para sahabat tidak kenal lelah berdakwah, mengopinikan Islam dan mengajak orang masuk Islam. Ada yang menerima meski juga tidak sedikit yang menolak. Dalam fase ini tidak ada yang Rasulullah dan para sahabat fikirkan kecuali berdakwah berdakwah dan berdakwah, berjuang berjuang dan berjuang.

Perjuangan yang melelahkan, menyakitkan bahkan ada yang berkorban nyawa. Waktu dua belas tahun yang Rasulullah lalui adalah fase yang paling berat sepanjang sejarah perjuangan sebelum hijrah. Dalam masa yang dua belas tahun itu Rasulullah dan para sahabat mengalami siksaan, hinaan, ejekan, fitnah dan boikot. Mereka yang tidak lurus imannya tentu saja tidak akan sanggup bertahan; mereka rontok ditengah jalan.

Dalam tempo tekanan yang teramat beratnya itu, tidak bertahan kecuali mereka yang benar imannya. Disaat itulah janji Allah turun seperti dalam surat Al Baqorah ayat 214 diatas.

Setelah janji Allah turun semangat Rasulullah dan para Sahabat semakin menggebu. Upaya mencari dukungan dan menyampaikan Islam ketengah masyarakat dan pemukanya terus dilakukan. Rasulullah dan para sahabat sudah mendapatkan sinyal dari Allah bahwa Revolusi sebentar lagi terjadi. Saat itu Rasulullah dan para sahabat merasakan sudah berada dipintu gerbang revolusi. Dan upaya untuk membuka pintu itu harus ditingkatkan. Hingga Mus’ab bin Umair diutus ke Yastrib dan hasilnya seperti yang sudah di ceritakan pada paragraf sebelumnya.

Lihatlah wahai para pejuang! Lihatlah wahai generasi pemburu syurga! Lihatlah wahai pemuda penggagas negara! Lihatlah wahai generasi pewaris para Nabi! Lihatlah wahai penghancur Ideologi buatan menusia! Bahwa pertolongan Allah sungguh dekat. Jika pertolongan Allah sudah datang maka tidak akan sampai satu tahun opini Islam di Indonesia ini akan masuk kesemua rumah dari Sabang sampai Merauke; layaknya Allah menolong Mus’ab bin Umeir menggemakan opini Islam di Yastrib. Jika pertolongan Allah sudah datang tidak akan ada yang dibincangkan orang di Indonesia ini kecuali hanya Islam layaknya dahulu orang membincangkan Islam di Yastrib. Jika pertolongan Allah sudah datang maka panglima-panglima militer di Indonesia ini akan menyatakan hidup matinya untuk tegaknya Islam layaknya panglima militer Yastrib yang gagah berani.

Yang menjadi pertanyaan, sudah kita menjadi orang yang layak diberikan pertolongan oleh Allah seperti Rasulullah dan sahabat sebelum hijrah? Atau minimal sudahkan kita memposisikan diri sebagai orang yang layak ditolong oleh Allah? Walhasil, mengharapkan pertolongan Allah berarti tidak goyah dalam perjuangan dan segala konsekwensinya. Mengharapkan pertolongan Allah berarti berjuang dengan kesabaran dan keimanan. Mengharapkan pertolongan Allah berarti berjuang ikhlas karena Allah. Mengharapkan pertolongan Allah berarti berjuang tanpa kenal lelah. Mengharapkan pertolongan Allah berarti berjuang mengikuti metode Rasulullah; mengedukasi ummat, mengopinikan Islam dan mengajak umat untuk sama-sama berjuang menegakkan Izzah Islam.

Lalu, kapankah kita melakukan itu semua? Jawabannya adalah saat ini! Tanda-tanda yang saat ini terjadi lebih kurang sama dengan yang menimpa Rasulullah dan sahabat. Jika Rasulullah dan sahabat disiksa dan dibunuh, saat ini tidak sedikit pejuang Islam yang disiksa dan dibunuh. Jika Rasulullah dan sahabat difitnah, diejek, dicaci dan dihina karena dakwah yang mereka lakukan, saat ini tidak sedikit pejuang Islam yang difitnah, diejek, dicaci dan dihina karena kecintaan pada dakwah. Jika Rasulullah dan sahabat dahulu diboikot, saat ini saudara-saudara kita pejuang Islam yang ada dibelahan bumi Eropa sudah mengalami pemboikotan. Jika Rasulullah dan para sahabat disaat-saat seperti ini semakin meningkatkan aktivitas dakwahnya maka sudah selayaknya pula kita meningkatkan aktivitas dakwah kita. Semakin cepat kita memenuhi syarat untuk menggapai pertolongan Allah, insyaAllah subhanawata’ala semakin cepat pula revolusi terjadi! Karena kita sudah berada dipintu gerbang revolusi, upaya membuka pintu itu harus ditingkatkan!!. (Oleh El Jundi "BE KORNAS BKLDK")
*
Postingan Terkait Lainnya :


0 komentar:

Posting Komentar

 

Hizbut Tahrir Indonesia

SALAFY INDONESIA

Followers